Wednesday 1 April 2015

Eksistensi manusia di tengah-tengah modernitas kehidupan



Eksistensi manusia di tengah-tengah modernitas kehidupan
Pemateri :       Rahman Ginanjar (Aktivis Muda Kota Bandung)
Kang Gery (Mahasiswa ITB)
                              
Eksistensi manusia mempunyai gradasi secara kontinu. Dengan begitu, eksistensi manusia merupakan suatu proses yang di dalamnya terdapat pergulatan, konflik, dan ketegangan tanpa henti-hentinya untuk mencari bentuk demi mewujudkan dirinya secara optimal. Eksistensi tak pernah ada dalam ruang kosong. Dalam prosesnya, ia selalu berhadapan dan bahkan bertabrakan dengan eksistensi lain, sering kali terjadi dalam ruang dan waktu bersamaan. Sehingga pentinglah kita memahami eksistensi seperti apa yang seharusnya. Karena kalau kita mengartikan eksistensi adalah ketenaran saja dengan sebuah karya, itu tidak akan bermakna tanpa eksistensi terhadap yang maha kuasa.
Dalam kehidupan yang berperadaban seperti ini, eksistensi harus dimaknai dengan sebuah eksistensi sejati yang merupakan aktualisasi diri dengan karya-karya bemanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Aktualisasi diri adalah sebuah proses dimana kita dapat bereksistensi dalam kehidupan ini. Tapi kebanyakan manusia tidak tahu akan eksistensi dirinya terutama dalam modernitas kehidupan ini yang cenderung mengajak manusia mengutamakan segala kebebasannya, sehingga bingung dan tidak tahu arah sejati perjalanannya. Manusia seringkali memaknai eksistensi diidentikan dengan hasil usaha yaitu dengan dibuktikan menghasilkan sesuatu seperti uang, ilmu, pangkat atau kedudukan, dan status. Padahal uang, ilmu, kedudukan atau status, itu hanyalah sebuah alat saja untuk mencapai apa yang di sebut bahagia, tapi terkadang manusia salah mencarinya. Manusia sering memandang harta atau ilmu itu sebagai sumber kebahagiaan, padahal itu semua merupakan alatnya saja untuk mencapai bahagia. Yang patut kita pertanyakan dimanakah sumber bahagia. Kalau kita kaji secara faktual, bnyak orang yang di beri harta yang banyak tapi hatinya tidak kunjung mendapatkan hati yang tenang, tentram, karena mungkin dia salah menggunakan harta yang dia miliki.
Sehigga dapat disimpulkan, bahwa apapun yang Allah anugrahkan kepada kita, semuanya itu adalah alat / media untuk mencapai kebahagiaan dan kemenangan sejati. Kita punya harta, ya kita harus manfaatkan di jalan Allah, kita punya ilmu ya amalkanlah agar orang lain disekitar kita mendapatkan manfaat dari keilmuan kita, demikian pun pangkat atau jabatan, semuanya tidak akan bermanfaat tanpa keimanan.
Selain itu, kita harus pandai memerangi diri sendiri, dalam artian bahwa perang disini bukan perang fisikal, tapi perang melawan hawa nafsu dan pandai mengontrol emosi jiwa sesuai koridor sang pencipta. Potensi yang Allah berikan bukan hanya potensi akal atau yang logika saja, karena Allah yang Maha Mengetahui sudah tau akal manusia sungguh terbatas tidak akan bisa membuat sebuah karya yang bisa menyaingi sang penciptanya. Tapi pada hakikatnya manusia disuruh untuk berfikir dan berkarya untuk menemukan dan memahami kekuasaan-Nya, sehingga manusia yang semakin bertambah ilmunya, dia akan semakin luhur akhlaknya.
Manusia diciptakan bukan untuk menjadi orang lemah, tapi harus kuat dan berani menghadapi tantangan-tantangan global, sehingga ketika disini sangat penting memahami makna kehidupan di tengah-tengah modernitas ini. Sekarang kita sedang berpijak pada sebuah kehidupan yang diiringi dengan perpolitikan yang begitu luas, kebudayaan yang semakin luas, serta pergaulan yang begitu bebas. Dikala seseorang tidak mempunyai ideologi yang jelas dalam hidup ini niscaya dia akan mudah untuk terintervensi, terismekan oleh paham-paham radikal, paham-paham tirani dan sebagainya. Sebagai manusia, atau khususnya kalangan akademisi, janganlah menelan bulat-bulat sebuah berita karena memungkinkan di era sekarang ini kita semua lagi dimainkan oleh sebuah sistem, yaitu sistem yang kadangkala sebebas-bebasnya dengan alasan hak asasi manusia dan sebagainya, sehingga sangatlah tidak pantas dan terlalu naïf jika manusia berbuat sekehendak akalnya yang terbatas.
            Untuk itu carilah eksistensi hidup ini, carilah perjuangan sejati hidup ini. Kerja keras dalam kepasrahan kepada-Nya akan menjadi hakikat kebenaran yang sejati. Dia tidak memperkenankan kita menyerah pada eksistensi kita yang sekarang, itu adalah bagian dari proses demi meraih eksistensi kita yang sebenarnya.
Tuhan berfirman dalam surat Al-Mulk ayat 1-2,
"Mahasuci Allah yang di tangan-Nya semua kerajaan berada dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Dia menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji siapakah yang lebih baik amalannya di antara kamu. Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun."
Ada yang menarik pada ayat ini. Tuhan berfirman dengan kematian terlebih dahulu, baru kemudian kehidupan. Padahal, secara logika kita lebih dulu hidup baru kemudian mati. Ini menandakan bahwa gerakan kehidupan kita harus selalu tadzkirah al-maut untuk mendapat makna kehidupan kita yang penuh cahaya Ilahiah.

No comments:

Post a Comment